DELEGASI COP 21 APRESIASI KONSERVASI OLEH ARTHA GRAHA NETWORK

DELEGASI COP 21 APRESIASI KONSERVASI OLEH ARTHA GRAHA NETWORK

Blog Single
Delegasi Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (Conference of Parties/COP 21) di Paris, Prancis, mengapresiasi presentasi kelompok usaha Artha Graha Network (AGN) mengenai peran sektor swasta dalam konservasi. Sebagian delegasi bahkan terkejut melihat bagaimana bisnis yang mengejar profit tetap dapat berkontribusi dalam upaya konservasi.

“Banyak yang meragukan bahwa perusahaan swasta yang membutuhkan profit bisa melakukan konservasi. Namun, apa yang dilakukan di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), PT Pasifik Agro Sentosa (PAS), dan Teluk Benoa menunjukkan bahwa hal itu mungkin. Tentu saja, perusahaan harus tetap profitable agar bisa berkelanjutan,” ujar mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Erna Witoelar, di Paviliun Indonesia, Paris, pada Selasa malam atau Rabu (2/12) dini hari.

Erna yang juga merupakan pendiri Yayasan KEHATI menjadi penanggap dalam paparan tiga pembicara: Maria Edna mengenai konservasi alam liar di TWNC, Marvin Lieano terkait konservasi hutan bakau di Teluk Benoa oleh Forum Peduli Mangrove Bali (FPM), dan Ellen Utomo tentang model bisnis sawit berkelanjutan serta upaya konservasi yang dilakukan oleh PT PAS.

“Saya kagum karena anak muda seperti kalian, dengan latar belakang pendidikan yang jauh dari dunia konservasi, justru memilih untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan,” kata Erna dalam diskusi yang dipandu oleh Kartini Sjahrir, mantan Duta Besar RI untuk Argentina yang kini menjadi penasihat Menteri Koordinator Kemaritiman.

Sekitar 100 orang dari berbagai negara hadir dalam diskusi tersebut. Semua kursi yang tersedia penuh, bahkan banyak peserta yang berdiri untuk menyimak paparan. Sesi ini menjadi salah satu diskusi yang paling banyak diminati di Paviliun Indonesia.

Dalam presentasinya, Ellen Utomo menegaskan bahwa pengelolaan sawit PT PAS berpegang pada prinsip People, Planet, and Profit (3P), yang berarti mengutamakan pengembangan masyarakat, perlindungan lingkungan, serta pencapaian keuntungan bisnis secara berkelanjutan. “Sejauh ini, kepentingan bisnis dan konservasi dapat berjalan seiring,” ujar Ellen. PT PAS yang beroperasi di Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan, juga menekankan tanggung jawab sosial bagi masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya.

Dalam sesi diskusi ini, para delegasi juga mendengarkan paparan Maria Edna mengenai upaya penyelamatan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang nyaris punah melalui program konservasi di TWNC, Lampung Barat.

“Kegiatan konservasi Harimau Sumatera dilakukan atas kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem di TWNC. Saat ini, populasi Harimau Sumatera diperkirakan hanya tersisa 300-400 ekor di seluruh Pulau Sumatera. Di area TWNC sendiri, pada tahun 2012-2013, diidentifikasi terdapat 24 ekor harimau,” ujar Maria Edna, staf konservasi di TWNC.

Menurutnya, keberhasilan TWNC dalam rehabilitasi harimau telah mendapat apresiasi dari berbagai lembaga internasional.

Sementara itu, Marvin Leano memaparkan peran Forum Peduli Mangrove (FPM) dalam upaya penyelamatan ekosistem hutan bakau di Teluk Benoa, Bali.

“FPM dibentuk untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya hutan mangrove, mengajak partisipasi aktif dalam pelestarian, serta memulihkan ekosistem dan keanekaragaman hayati tanaman mangrove. Saat ini, wilayah kerja FPM mencakup sekitar 600 hektare hutan mangrove di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai,” jelas Marvin.

Sejauh ini, FPM telah menyelamatkan ratusan ribu pohon dan menanam lebih dari 10.000 bibit mangrove. Sebagai bentuk kampanye global, FPM juga menggandeng pesepak bola dunia, Cristiano Ronaldo, sebagai Duta Mangrove Bali.

Paparan dari Marvin Leano, Maria Edna, dan Ellen Utomo berhasil menarik perhatian para delegasi COP 21 yang hadir di Paviliun Indonesia. Usai presentasi, ketiganya dikerumuni oleh para peserta yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai upaya konservasi di Indonesia.

Related Posts: